Minggu, 23 Oktober 2011

METODE PENULISAN KARYA ILMIAH

A. PENDAHULUAN
Karya ilmiah atau karya tulis ilmiah adalah hasil pemikiran dan / atau hasil peneli-tian yang ditulis berdasarkan metode ilmiah. Metode ilmiah dalam penulisan kar-ya ilmiah adalah metode penulisan yang di dalamnya tercakup butir-butir sebagai berikut.

1. Permasalahan
Masalah yang akan dicari pemecahannya diidentifikasi, dipilih, kemudian dirumus
kan, termasuk menentukan tujuan pemecahan permasalahan/tujuan penulisan. Ma-salah yang dipilih diberi judul yang mampu merefleksikan isi naskah.

2. Mengapa Kegiatan (Penulisan) Ilmiah Dilakukan
Butir ini memuat latar belakang teoritis dan historis, serta unsur justifikasi, bahwa permasalahan yang akan ditulis atau dicari pemecahannya memang dianggap pen-ting, menarik, dan perlu.

3. Metode Kerja
Metode kerja dimulai dengan mengumpulkan informasi dari bahan pustaka, mem-beri pengarahan melalui pernyataan hipotesis, dan mengumpulkan data primer / sekunder melalui eksperimen atau sumber lain.

4. Interpretasi Data
Informasi atau data yang dikumpulkan dianalisis, diinterpretasi, dan dievaluasi melalui pembahasan, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Tipe yang paling umum dari karya ilmiah adalah “laporan formal”; di sam-ping terdapat tipe lain seperti: textbook, handbook, dan manual. Laporan formal, laporan informasi teknik, atau laporan teknik—istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian—didefinisikan sebagai deskripsi suatu informasi / penge-tahuan yang berkaitan dengan sains, teknologi atau seni tertentu, yang diperoleh dari pengalaman, observasi, atau penelitian. Dalam laporan formal, penulis ditun-tut untuk mengadakan analisis, evaluasi, dan interpretasi terhadap informasi yang dikumpulkan, kemudian menarik kesimpulan.
Berdasarkan apa dan bagaimana mengomunikasikannya, laporan formal dapat dibedakan menjadi antara lain: artikel dalam jurnal atau majalah ilmiah, la-poran penelitian perpustakaan (library research / research paper), laporan studi ke-layakan (feasibility report), laporan riset empiris (empirical research report), dan laporan formal yang dipersyaratkan sebagai kelengkapan kebulatan studi dan / atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan seperti: tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi.

B. ELEMEN FORMAL KARYA ILMIAH

Elemen-elemen formal yang terdapat dalam karya ilmiah umumnya adalah sebagai berikut.
o Judul
o Baris Kepemilikan (By-line)
o Prakata atau Kata Pengantar
o Daftar Isi
o Daftar Tabel
o Daftar Ilustrasi
o Abstrak
o Pendahuluan
o Tinjauan Pustaka
o Material dan Metode
o Hasil dan Analisis Hasil
o Diskusi atau Pembahasan
o Konklusi dan Rekomendasi
o Dokumentasi (Bibliografi dan Referensi)
o Lampiran
Variasi mengenai elemen-elemen tertera di atas selalu ada, dan tidak mungkin dihindarkan, karena pedoman penulisan karya ilmiah memang bukan suatu harga mati. Akan tetapi perlu diperhatikan, hendaknya jangan sampai terjadi penyalah-gunaan terhadap adanya kelonggaran ini.
Kebanyakan artikel dalam jurnal ilmiah terbagi dalam enam bagian utana yaitu: (i) abstrak; (ii) pendahuluan; (iii) material dan metode; (iv) hasil dan pembahasan (v) kesimpulan; (vi) daftar pustaka.

1. Judul
Judul berfungsi memberikan informasi kepada pebaca mengenai isi naskah karya ilmiah. Oleh karena itu judul harus dapat emberikan penjelasan pada saat berdiri sendiri. Sebagai pernyataan isi naskah, judul juga dapat digunakan sebagai indeks dalam publikasi ilmiah. Judul yang baik mudah diringkas menjadi judul yang pen-dek sebagai judul pelari (running head) yang biasa dugunakan untuk tujuan editorial dan pencetakan.
Judul konvensional biasnya lebih bersifat indikatif—menyatakan subjek—daripada informatif—menyatakan kesimpulan. Mencoba menyusun judul informatif merupakan uji efektif apakah penelitian yang dilaporkan telah mengarah kepada kesimpulan yang tepat. Judul informatif mungkin akhirnya direvisi menjadi judul indikatif, karena banyak jurnal yang tidak menggunakan judul informatif.
Beberapa kriteria berikut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun judul :
• Judul harus menyatakan secara jelas isi naskah;
• Judul harus sama persis dengan topik utama karya ilmiah yang ditulis;
• Menggunakan kata-kata atau istilah Indonesia yang dikenal, dan mudah dipahami oleh pembaca;
• Judul hendaknya pendek atau ringkas, panjang judul maksimum 15 patah kata;
• Hindari penggunaan kata-kata seperti: tinjauan tentang . . . .; studi tentang ....; kajian tentang . . . .; dan yang sejenisnya. Kata-kata tersebut meskipun sifatnya umum, tetapi dianggap mubadzir dan hanya akan memperpanjang judul;
• Hindari penggunaan anak judul (subtitle);
• Hindari penggunaan kata kerja, karena judul bukan suatu kalimat atau head-line;
• Hindari penggunaan singkatan-singkatan yang tidak lazim;
• Hindari penggunaan angka atau simbol-simbol yang kopleks; judul secara teknis hendaknya informatif, tidak misterius;
• Judul dapat memuat nama ilmiah organisme yang belum dikenal secara luas.
Cara efektif untuk menyusun judul ialah memulai dengan kata-kata kunci (key word) yang menunjukkan aspek utama isi karya ilmiah, kemudian dirangkaikan dengan kata-kata lain yang tepat. Jika ditulis dalam teks, huruf pertama dari setiap kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata penghubung, kata depan, dan kata sandang.

2. Baris Kepemilikan (By-line)
Baris kepemilikan banyak digunakan dalam penulisan artikel untuk jurnal ilmiah, atau makalah untuk forum akademik. Baris kepemilikan terdiri dari dua bagian, yaitu nama (nama-nama) author dan afiliasi institusional.
Penulis (author) adalah seseorang yang membuat pertanggungjawaban secara intelektual mengenai hasil penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya dalam bentuk lsporan formal. Oleh karena itu yang dicantumkan sebagai author hanyalah nama orang yang benar-benar berpartisipasi secara material dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan laporan. Author senior yang secara historis ditulis pada urutan pertama, hendaknya orang yang telah memberikan sumbangan paling besar dalam memecahkan masalah, bukan orang yang lebih banyak bekerja menulis naskah. Dalam karya ilmiah, sebutan jabatan akademik / fungsional atau gelar kesarjanaan biasanya tidak dicantumkan.
Banyak ilmuwan beranggapan, bahwa menyantumkan nama orang yang tidak benar-benar terlibat dalam penulisan karya ilmiah adalah tidak etis. Penyantuman nama atasan sebagai supervisor atau nama kepala lembaga tempat di mana penulis bekerja adalah tidak perlu.
Nama institusi atau departemen ditulis beserta alamat pos, termasuk kode posnya atau alamat e-mail. Jika author tidak lama tinggal pada institusi di mana penelitian dilakukan, hendaknya dicantumkan alamat terakhir, untuk keperluan korespondensi atau permohonan cetak ulang.

3. Prakata atau Kata Pengantar
Prakata atau kata pengantar memuat informasi mengenai hal-hal yang medahului pelaksanaan penulisan atau kegiatan ilmiah yang dilakukan, bukan informasi mengenai penulisan itu sendiri. Dapat juga berisi penjelasan penulis mengapa penulisan itu dilakukan, gagasan yang melatarbelakangi penulisan, dan harapan penulis mengenai manfaat atau kegunaan karya ilmiah yang ditulis.
Prakata atau kata pengantar biasanya juga memuat ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan mulai dari persiapan penulisan, sampai selesainya penulisan. Apabila diperlukan ucapan terima kasih, maka terima kasih hanya disampaikan kepada pihak-pihak yang benar-benar membantu secara intelektual, dan ditulis secara urut mulai dari yang paling besar bantuannya.
Dalam kata pengantar sebaiknya tidak dimasukkan kata-kata atau kalimat yang justru dapat menurunkan bobot isi tulisan, atau membuat pembaca menjadi ragu atau tidak yakin dengan isi naskah; misalnya dengan menyatakan: “penulis menyadari, atau penulis yakin bahwa dalam tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, atau banyak kesalahan”, atau kata-kata lain yang sejenis. Demikian juga, mengharap kritik dari pembaca sebaiknya tidak perlu, kecuali karya publikasi—yang bersifat komersial—yang setiap saat atau setiap penerbitan dapat di-revisi.
Pemakaian istilah prakata atau kata pengantar, sesungguhnya hanya me-nyangkut soal selera. Meskipun demikian, seara praktis terdapat perbedaan. Kalau prakata lazim ditulis oleh author karya ilmiah, maka kata pengantar selain ditulis oleh author, dapat juga ditulis oleh orang lain, misalnya atasan penulis atau spon sor.

4. Daftar Isi
Daftar isi adalah kerangka garis besar karya ilmiah beserta nomor halamannya. Materi yang dimasukkan ke dalam daftar isi adalah kepala (heading) yang tepat yang memperlihatkan seluruh isi tubuh karya ilmiah, dapat juga dilengkapi de-ngan kepala level ke-2, dan kepala level ke-3.
Halaman pada elemen pendahuluan (preliminary elemen) mulai dari halaman judul sampai daftar lampiran, diberi nomor dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv, dan seterusnya). Halaman judul dan halaman persetujuan tidak dimasukkan ke dalam daftar isi; daftar isi dimulai dari kata pengantar.
Halaman elemen utama dan elemen akhir, dari pendahuluan sampai de-ngan lampiran diberi nomor dengan angka arab (arabic numeral).

5. Daftar Tabel
Jika di dalam karya ilmiah terdapat banyak tabel, maka setelah daftar isi, disediakan halaman khusus yang memuat judul tabel beserta nomor halamannya. Tetapi jika hanya terdapat satu atau dua tabel, maka daftar tabel tidak diperlukan.

6. Daftar Ilustrasi
Ilustrasi dalam karya ilmiah meliputi: foto; gambar / gambar garis; grafik; diagram—diagram lingkaran, diagram kotak, diagram alir, diagram batang, atau diagram balok—bagan; peta; dan denah.
Seperti halnya daftar tabel, jika hanya terdapat satu atau dua ilustrasi maka tidak diperlukan daftar ilustrasi. Daftar ilustrasi memuat nama ilustrasi beserta nomor halamannya. Mengenai berapa jumlah minimal tabel atau ilustrasi yang perlu dibuatkan daftar, bergantung pada pertimbangan atau “rasa” dari penulis.

7. Abstrak (Intisari)
Abstrak—abstrak informatif—bukan merupakan bagian integral suatu karya ilmiah, melainkan merupakan tambahan yang berisi ikhtisar informasi kunci yang terdapat di dalam naskah, yang dimaksudkan untuk menyampaikan isi karya ilmiah secara singkat.
Abstrak mengikhtisarkan argumen mayor dan memberikan data pokok serta kesimpulan yang oleh penulis (author) dianggap sangat diperlukan oleh pembaca. Abstrak informatif yang baik sukar ditulis; secara ekstrem, yang satu kekurangan informasi, yang lain terlalu rinci. Memilih materi untuk abstrak harus mengingat bahwa abstrak harus mampu berdiri sendiri. Pada kenyataannya bagi pembaca yang sibuk, abstrak dianggap sebagai pengganti seluruh isi naskah karya ilmiah. Oleh karena itu harus cukup mengandung informasi untuk memenuhi maksud tersebut.
Abstrak karya ilmiah hasil penelitian memuat iformasi singkat mengenai hal-hal berikut.
• Ikhtisar masalah utama;
• Tujuan kegiatan ilmiah (penelitian);
• Material—subjek, bahan, dan alat yang digunakan termasuk maksud penggunaannya—metode, teknik observasi dan interpretasi data, serta aplikasi baru dari teknik dan peralatan standar;
• Hasil, makna hasil—termasuk tingkat beda nyata statistik—dan kesimpulan.
Abstrak biasanya ditulis dengan cara yang berbeda dengan penulisan naskah, baik tipe huruf, dan / atau ukuran huruf yang digunakan, spasi, format, dan bahasa. Panjang abstrak antara 75 dan 250 kata.
Sementara, informasi yang terdapat di dalam abstrak karya ilmiah kajian pustaka, atau karya ilmiah yang berrsifat teoritis adalah sebagai berikut :
• Topik yang diliput;
• Tesis / sentral tesis;
• Sumber yang digunakan (observasi personal, bahan pustaka yang dipublikasi-kan, atau tinjauan hasil penelitian terdahulu);
• Kesimpulan.
Panjang abstrak karya ilmiah kajian pustaka, atau karya ilmiah yang bersifat teoritis antara 75 dan 100 kata. Perlu diingat bahwa abstrak adalah ringkas, akurat, mudah dipahami, dan informatif.

8. Pendahuluan
Pendahuluan (introduction) merupakan tempat yang sebaik-baiknya bagi penulis untuk membeberkan rencana keseluruhan karya ilmiahnya kepada pembaca. Melalui pendahuluan, pembaca dituntun secara perlahan-lahan tetapi tepat ke arah pemikiran yang logis, mengenai penulisan karya ilmiah yang dilakukan oleh penulis.
Pendahuluan memuat informasi-informasi sebagai berikut.

a. Identifikasi Subjek
Subjek / topik yang menjadi kajian utama hendaknya dinyatakan dengan menarik dan jelas serta selekas mungkin di dalam pendahuluan, diutamakan pada kalimat pertama.

b. Latar Belakang Teoritis dan Historis
Dalam kaitannya dengan teori, bagian ini menjelaskan pokok permasalahan secara teoritis, asal mulanya, mengikhtisarkan argumen yang relevan dengan data, dan menunjukkan bagaimana hubungan antara rancangan percobaan dan hipotesis terhadap pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya. Di samping itu dapat juga menjelaskan bagaimana hubungan rasional dan logika antara permasalahan dan maksud kegiatan ilmiah yang dilakukan, bagaimana implikasi teoritis kegiatan ilmiah yang dilakukan, dan bagaimana hubungannya dengan hasil penelitian terdahulu. Jika mungkin dengan sitasi pustaka yang tepat, pendek, dan ringkas, serta benar-benar relevan dengan tujuan penulisan karya ilmiah. Tunjukkan kontinuitas logis antara kegiatan ilmiah terdahulu dengan sekarang.
Latar belakang teoritis dan historis (theoretical and historical background) secara keseluruhan memberikan gambaran situasi yang mendorong penulis untuk melakukan kegiatan penulisan / penelitian.

c. Pernyataan Hipotesis
Bagi karya ilmiah hasil penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris; atau jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Hipotesis memberikan alasan pemikiran perlunya dilakukan kegiatan ilmiah / penelitian.

d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup memberi batasan permasalahan yang akan dicari pemecahannya, kedalaman studi, luasnya perlakuan, dan faktor-faktor yang harus dimasukkan, atau ditinggalkan. Pembatasan masalah biasanya dinyatakan dengan rumusan permasalahan, yang didefinisikan sebagai kalimat tanya yang menghubungkan dua variabel. Oleh karena itu, rumusan permasalahan hendaknya ditulis dalam bentuk kalimat tanya atau pertanyaan; padat dan jelas. Rumusan permasalahan harus dapat memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengum-pulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut secara empiris.
Ada juga yang berpendapat, bahwa rumusan permasalahan tidak harus ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan (interogatif), tetapi dapat juga ditulis da-am bentuk kalimat pernyataan (deklaratif). Hanya saja, jika rumusan permasalahan ditulis dalam bentuk pertanyaan, akan lebih mudah pemecahannya, sebab jawaban pertanyaan itulah pemecahannya.

e. Tujuan yang Akan Dicapai
Tujuan penulisan menerangkan secara singkat dan spesifik mengenai tujuan yang akan dicapai oleh penulis / peneliti melalui kegiatan yang dilakukan. Tujuan hendaknya realistis dan mudah dicapai. Tujuan disesuaikan dengan perumusan permasalahan.

f. Metode yang Digunakan
Bagian ini memberikan penjelasan singkat mengenai metode yang digunakan, dan jika dianggap perlu hendaknya dikemukakan alasan pemilihan metode tersebut. Perlu diingat bahwa pendahuluan tidak dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya kegiatan ilmiah / penelitian yang dilakukan oleh penulis / peneliti. Jika pembaca mengetahui bidang yang bersangkutan, pentingnya kegiatan ilmiah / penelitian tersebut akan mudah dimengerti.

9. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka atau telaah pustaka bertujuan untuk memperoleh informasi mutakhir mengenai subjek yang dipilih, atau untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan dikaji pernah diteliti / dikaji sebelumnya, untuk mencari data hasil penelitian terdahulu yang relevan, mencari teori-teori, konsep-konsep, dan metode mutakhir. Oleh karena itu, pustaka-pustaka yang akan ditelaah hendaknya pustaka-pustaka yang memuat hasil pemikiran dan / atau penelitian mutakhir--sepuluh tahun terakhir--yang sesuai dengan subjek yang akan dikaji, yang berupa: jurnal atau majalah ilmiah, laporan penelitian, makalah untuk forum akademik, dan yang sejenis, serta sumber lain dari media elektronika seperti internet dan sebagainya, yang dapat dijadikan dasar pembahasan, dan mendukung pendapat penulis.
Dalam mengutip informasi atau hasil penelitian terdahulu, jangan membuat review lengkap, tetapi kutip saja bagian yang dikaji secara tepat, hindari penyimpangan dari yang diacu, dan sebutkan sumbernya. Pustaka yang tepat harus menuntun secara langsung ke masalah yang dikaji, dan oleh karenanya menunjukkan kontinuitas antara subjek yang dikaji / diteliti dengan hasil penelitian terda-hulu.
Ada dua macam kutipan, yaitu: kutipan langsung, dan kutipan tidak langsung.

a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-katanya, ejaan, kapitalisasi, maupun mengenai penggunaan tanda bacanya.
Kutipan pendek kurang dari lima baris, dimasukkan ke dalam teks, dengan memberi tanda petik ganda pada awal dan akhir kutipan (“…”), dan menyebutkan sumbernya.
Kutipan yang terdiri atas lima baris atau lebih, ditulis dengan jarak 1 spasi vertikal, menjorok ke dalam (indentasi) dengan jarak satu default tab stop (1,27 cm) dari batas kiri. Pada awal dan akhir kutipan diberi tanda petik ganda, dan menyebutkan sumbernya.
Apabila ada bagian kalimat yang dihilangkan, maka bagian tersebut digan-ti dengan tanda elipsis (…). Jika yang dihilangkan adalah bagian akhir dari kutip-an, maka selain diganti dengan tanda elipsis, juga ditambah tanda titik, sebagai tanda mengakhiri kalimat / kutipan. Dengan demikian terdapat empat tanda titik (….). Pada awal dan akhir kutipan juga diberi tanda petik ganda.

b. Kutipan Tidak Langsung (Paraphrase)
Kutipan tidak langsung tidak terikat oleh susunan kata-kata, ejaan, kapitalisasi, maupun penggunaan tanda baca dari bahan yang dikutip. Pengutip diperbolehkan mengutip isi bahan yang dikutip, kemudian menulis kembali dengan bahasanya sendiri, dengan ketentuan, sedikit pun tidak boleh merubah makna dari bahan yang dikutip. Kutipan tidak langsung tidak diberi tanda petik ganda.

c. Cara Penyebutan Sumber
Ada beberapa cara penyebutan sumber, yaitu sistem nomor, catatan kaki, dan sistem nama-dan-tahun (name-and-year system). Dari ketiga sistem tersebut yang paling lazim adalah sistem nama-dan-tahun. Kelebihan sistem ini, kecuali dapat secara langsung menginformasikan mengenai pustaka yang diacu, yaitu nama author dan tahun penerbitannya, juga menunjukkan apakah penulis “keep up” terhadap puataka yang diacu.

Contoh:
Pustaka dengan satu author:
Purnomo (2000) …. atau … (Purnomo 2000).
Pustaka dengan dua author:
Krisnamurthi dan Fausia (2005) …. atau
… (Krisnamurthi dan Fausia 2005).
Pustaka dengan tiga author atau lebih:
Pustaka dengan tiga author atau lebih, pada daftar pustaka atau referensi semua nama ditulis. Tetapi, dalam sitasi hanya nama pertama yang ditulis dengan menambahkan et al. (huruf romawi, bukan italik). Kata et al. berasal dari kata et alii yang berarti “dan yang lain” (and other), digunakan untuk menggantikan nama author kedua dan seterusnya.

Purnomo et al. (1998) …. atau … (Purnomo et al. 1998).
Mengutip dari kutipan:
Menurut Koller (1972, dalam Aldrich, 1984) …. atau
Menurut Koller (1972, dikutip oleh Aldrich, 1984) ….

Ada banyak jurnal yang membubuhkan tanda koma (,) di antara nama author dan tahun penerbitan—(Bellrose, 1990); (Bellrose and Lowe, 1995). Di samping itu ada juga yang memasukkan nomor halaman dari teks yang dikutip—(Benson 2000, p. 16—25); (Wilson et al. 2000, p. 119); (Purnomo 2005: 20—25).

10. Material dan Metode
Dalam eksperimen, material dan metode, termasuk rancangan eksperimennya hendaknya diuraikan secara rinci. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada ilmuwan lain mengadakan evaluasi atau duplikasi.

a. Material.
Material meliputi: subjek—tumbuhan, hewan, atau manusia—bahan, dan alat.

1). Subjek
Subjek dapat berupa tumbuhan, hewan, dan manusia. Jika digunakan tumbuhan , sebutkan nama ilmiahnya, jumlah, karakteristiknya, dan bagaimana cara memperoleh atau seleksinya. Jika digunakan hewan, genus, spesies, jumlah strain, asal, dan ciri karakteristiknya—jenis kelamin, umur, berat badan, dan kondisi fisiol-gisnya—harus dirinci. Hindari detail yang tidak penting.

2). Bahan
Bahan dapat berupa obat-obatan, bahan kimia, ekstrak jaringan, enzim, hormon, dan sebagainya. Jika digunakan bahan yang sangat spesifik, uraikan dengan jelas merk dagangnya, pabrik pembuatnya, cara penggunaannya, penyalurannya, dan jalur administrasinya.

3). Alat yang Digunakan
Peralatan yang digunakan juga harus dideskripsikan secara rinci mengenai nama, tingkat ketelitian, jika perlu merk dagang, pabrik pembuatnya, dan spesifikasinya. Bagi alat-alat yang kompleks, apabila memungkinkan dapat disertakan gambar, diagram, atau fotonya.

b. Metode
Untuk memudahkan deskripsi, metode dapat dibagi menjadi subseksi: rancangan percobaan (experimental design), prosedur, metode observasi, dan interpretasi data.

1). Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan atau desain eksperimental adalah semua proses yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan percobaan. Rancangan percobaan meliputi: desain yang digunakan, ciri-ciri yang akan dianalisis, faktor-faktor yang mempengaruhi, variabel yang akan diukur, bagaimana perlakuannya, berapa kali replikasinya, bagaimana denah atau lay-out percobaannya, analisis dan model sta-tistik yang digunakan.

2). Prosedur
Prosedur menjelaskan kepada pembaca tahap demi tahap jalannya penelitian dari awal sampai akhir. Penjelasan harus lengkap; tetapi perlu diingat bahwa laporan ditujukan kepada pembaca yang ekspert. Jika prosedur dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan, tidak diperlukan deskripsi secara rinci.

3). Observasi dan Interpretasi Data
Bagian ini menerangkan bagaimana mengobservasi material selama penelitian, dan bagaimana menginterpretasi hasilnya. Jika menggunakan metode yang sudah banyak dikenal tanpa modifikasi, sebutkan nama metodenya saja, dan kutip pustaka yang memuatnya. Tetapi, jika dilakukan modifikasi dari metode yang terdahulu, harus dijelaskan bagaimana modifikasinya. Demikia juga harus dijelaskan jika menggunakan metode statistik yang tidak lazim.

11. Hasil dan Analisis Hasil
Karena hasil penelitian akan menjawab pertanyaan peneliti, maka hasil menjadi bagian penting dari laporan ilmiah. Hasil dimulai dengan pandangan umum mengenai apa yang dikaji. Kalimat pertama atau kedua dari deskripsi hasil hendaknya seperti teras berita (lead) pada surat kabar—ringkas, jelas hanya berisi pokok peristiwa, fakta paling penting, paling menarik—di mana titik utama hasil cepat dikemukakan. Kemudian diikuti paragraf berikutnya secara rinci, dalam rangkaian yang secara logis mendukung (atau data yang menentang) hipotesis, atau menjawab pertanyaan yang dinyatakan dalam pendahuluan.
Jika memungkinkan dapat ditampilkan tabel, grafik, gambar, dan foto. Data dan ilustrasi yang dimasukkan harus tepat dengan subjek karya ilmiah / laporan penelitian. Data numerik yang disajikan dalam tabel tidak memerlukan penjelasan dalam teks, kecuali nilai rata-rata kelompok data mungkin perlu dinyatakan kembali dalam teks, untuk memberikan penekanan bukti di mana kesimpulan di dasarkan.
Penarikan kesimpulan dari data numerik hendaknya didukung dengan pernyataan singkat kriteria statistik yang digunakan untuk analisis dan evaluasi. Dalam menulis hasil tidak setiap hal harus dimasukkan, kecuali jika dalam kajian digunakan subjek tunggal.
Pada waktu menganalisis hasil, formula statistik tidak dimasukkan, kecuali jika uji statistik yang digunakan adalah model baru, unik, atau dalam beberapa hal tidak bersifat standar, dan tidak lazim digunakan.
Hasil yang diketahui cacat karena kesalahan, seringkali dibuang. Akan tetapi jika ada keraguan mengenai sumber kesalahan, hasil hendaknya tetap digunakan dengan menyebutkan—tanpa permintaan maaf—adanya kesalahan. Lagipula di sini detail harus adekuat, karena pembaca mengharap akan mempero-leh infor-masi teknis yang tepat.

12. Diskusi atau Pembahasan
Pembahasan adalah bagian karya ilmiah yang merupakan mata rantai yang menghubungkan data hasil penelitian sebagai fakta, dengan kesimpulan yang ditarik oleh penulis atau peneliti. Dalam pembahasan pembaca dituntun melalui suatu penalaran yang logis dan akseptabel untuk sampai kepada kesimpulan yang sehat.
Perlu diingat oleh penulis, jangan sampai dalam pembahasan ini penulis mengemukakan penalarannya dengan kata-kata yang bernada menyombongkan diri, atau dengan kata-kata yang oleh pembaca dapat dirasakan sebagai sesuatu yang memandang rendah kemampuan pembaca; misalnya uraian yang panjang lebar atau diulang-ulang mengenai hal yang sangat sederhana dan jelas mudah dipahami. Lagipula harus diingat, bahwa belum tentu pembaca sepaham dengan penulis, dan menerima semua konsepsi yang penulis ajukan. Oleh karena itu dalam menyajikan bagian ini perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya kritik, tentangan atau tantangan. Melalui argumentasi yang tidak diduga oleh penulis, mungkin dari data hasil penelitian itu dapat ditunjukkan dan dibuktikan hal-hal yang berlawanan dengan yang dibuktikan oleh penulis.
Komponen utama yang perlu dikemukakan dalam pembahasan antara lain sebagai berikut :
• Interpretasi—pendapat atau pandangan teoritis—dan evaluasi peneliti terhadap hasil penelitian;
• Penjelasan apakah hipotesis yang dikemukakan dalam pendahuluan telah da- pat dibuktikan;
• Penjelasan apakah berdasarkan hasil penelitian permasalahan telah terjawab atau telah dapat terpecahkan;
• Penjelasan apakah tujuan penelitian telah dapat dicapai;
• Apakah hasil penelitian telah menjawab pertanyaan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian;
• Penjelasan mengenai hubungan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti dengan hasil penelitian terdahulu, termasuk pembahasan penemuan terdahulu oleh peneliti lain, apakah sesuai atau tidak sesuai;
• Alasan yang kuat apabila terdapat ketidaksesuaian atau perbedaan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti, dengan hasil penelitian terdahulu.
Jika terdapat keraguan mengenai hasil, hasil yang cacat, hasil yang tidak mendukung hipotesis, harus dijelaskan mengapa, apa sebabnya; apakah metode penelitiannya yang cacat, apakah dapat diperbaiki, dan sebagainya, sehingga pembaca benar-benar memperoleh informasi yang lengkap, dan tepat atau akurat.

13. Konklusi dan Rekomendasi
Konklusi (kesimpulan) adalah pernyataan pendapat yang dibuat berdasarkan fakta hasil penelitian, dan / atau premisum melalui penarikan kesimpulan (inference).
Inference adalah cara menyatakan mengenai sesuatu yang belum diketahui, berdasarkan sesuatu yang diketahui; atau inference adalah proses berpikir yang bergerak dari observasi, melalui beberapa pengetahuan dan keyakinan sampai ke konklusi.

a. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan Fakta
Ada beberapa tipe penarikan kesimpulan (inference) berdasarkan fakta yaitu: generalisasi (induksi), spesialisasi (deduksi), hubungan kausal-efek, dan generalisasi
Kausal-efek.
1) Generalisasi (Induksi)
Generalisasi (induksi) memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus; metode pemikiran di mana kesimpulan mengenai populasi didasarkan pada sampel; apa yang dianggap benar pada sampel akan dianggap benar pada populasi.
2) Spesialisasi (Deduksi)
Spesialisasi atau deduksi merupakan kebalikan dari generalisasi atau induksi. Deduksi dapat diartikan sebagai berikut: penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penentuan kaidah khusus berdasarkan kaidah umum.
3) Hubungan Kausal-Efek
Hubungan kausal-efek merupakan metode pemikiran atau penarikan kesimpulan dari sebab ke akibat, atau dari akibat ke sebab, atau pemikiran yang bertolak dari apa yang telah diketahui, menuju ke arah yang ingin diketahui. Kadang-kadang juga dari akibat ke arah sebab, dan kemudian ke arah sebab yang lain. Penarikan kesimpulan yang demikian disebut dari akibat ke akibat, dan hal ini sangat umum dalam penarikan kesimpulan melalui serangkaian sebab akibat yang panjang.
4) Generalisasi Kausal-Efek
Generalisasi kausal-efek merupakan kombinasi antara generalisasi dan hubungan kausal-efek. Pada dasarnya, penarikan kesimpulan dengan cara ini peneliti menyusun generalisasi / induksi dari sampel yang berbeda, kemudian menyusun atau membuat inference hubungan kausal dari generalisasi tersebut.

b. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan Premisum
Penarikan kesimpulan yang didasarkan atas premisum juga ada beberapa tipe yaitu: argumen, silogisme, dan analogi. Premis atau premisum adalah: sesuatu yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan; kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan.

1) Argumen
Argumen adalah inference, di mana konklusi ditarik dari premisum. Bentuk argumen yang paling sederhana terdiri atas dua pernyataan. Pernyataan pertama disebut premisum, pernyataan kedua adalah kesimpulan dari pernyataan pertama. Pernyataan pertama adalah sesuatu yang membuat pernyataan kedua dapat dipercaya.

2) Silogisme
Silogisme atau syllogismus adalah bentuk argumen deduktif yang dapat disajikan sebagai penarikan kesimpulan dari premisum mayor, dan premisum minor. Silogisme juga diartikan sebagai bentuk hubungan antara propositio mayor, propositio minor, dan konklusi.
Dalam konklusi, premisum minor menjadi subjek, dan premisum mayor menjadi predikat.

3) Analogi
Analogi merupakan cara penarikan kesimpulan, di mana apabila terdapat dua premisum yang sangat berbeda dalam hal tertentu, tetapi memiliki banyak kesamaan dalam hal yang lain, maka kesimpulan yang ditarik dari salah satu premisum tersebut akan sama, atau dapat diterapkan pada premisum yang lain.
Apabila analogi merupakan satu-satunya cara untuk menarik kesimpulan, maka hendaknya diuji secara cermat; sebab dalam argumen, analogi dapat digunakan sepenuhnya, tetapi juga dapat menyesatkan.
Kesimpulan yang diperoleh dengan cara-cara tertera di atas, hendaknya dinyatakan secara jelas, agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda antara yang dimaksud oleh peneliti / penulis dan tafsiran pembaca. Jangan sampai perumusan kesimpulan menyebabkan inti yang ingin dikemukakan menjadi samar-samar karena tersembunyi di belakang kata-kata yang tidak tegas. Bagi pembaca, kesimpulan yang demikian akan menimbulkan kesan seakan-akan peneliti / penulis tidak berani bertanggungjawab sepenuhnya atas pernyataan yang terkandung di dalam kesimpulan tersebut.
Rekomendasi atau saran adalah advis penulis mengenai apa yang perlu atau harus dikerjakan, yang didasarkan pada data yang disajikan dalam laporan.
Konklusi dan rekomendasi mengungkap kemampuan berpikir penulis atau peneliti, tidak seperti halnya hasil penelitian yang lebih menggambarkan cara kerja peneliti.

14. Dokumentasi (Bibliografi dan Referensi)
Bibliografi dan referensi merupakan suatu dokumen dalam karya ilmiah. Ada penulis yang lebih suka menggunakan istilah bibliografi daripada referensi, atau sebaliknya. Namun, sebenarnya kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.
Bibliografi adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi penelitian atau laporan yang sedang dikerjakan. Pustaka-pustaka yang terdapat di dalam bibliografi adalah pustaka yang dipelajari pada waktu merencanakan penelitian, dan interpretasi hasil penelitian. Pustaka yang terdapat di dalam bibliografi tidak seluruhnya dikutip dalam teks karya ilmiah atau laporan, tetapi dianggap berguna untuk menambah wawasan pembaca. Demikian juga tidak semua pustaka yang mengandung materi yang sesuai dengan materi karya ilmiah dimasukkan ke dalam bibliografi. Oleh karena itu harus diberi heading yang tepat, misalnya “Bibliografi”, “Sumber yang Digunakan”, dan “Bibliografi Pilihan”.
Referensi adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi karya ilmiah yang ditulis, dan benar-benar dikutip dalam teks. Heading yang digunakan adalah “Referensi”, “Daftar Acuan”, Daftar Pustaka”, atau “Kepustakaan”.
Ada banyak variasi dalam sistem penulisan daftar pustaka. Namun, di bidang akademik sesungguhnya hanya ada dua model dasar, yang pembagiannya didasarkan pada: humanities system, dan scientific system.
Humanities system digunakan dalam ilmu-ilmu humaniora—hukum, sejarah, bahasa dan sastra, kesenian, theologia, filologi, dan filosofi—sedangkan scientific system digunakan dalam bidang sains—ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu-ilmu terapan.
Pedoman cara penulisan daftar pustaka secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu: (i) pedoman umum; dan (ii) pedoman yang dikembangkan oleh or-ganisasi profesi akademik.
Pedoman penulisan dokumentasi (daftar pustaka) yang digunakan sebagai pedoman umum ialah The Chicago Manual of Style (CMS) edisi ke-13 yang dipublikasikan oleh University of Chicago Press tahun 1982—sekarang dikembangkan menjadi The Chicago Manual of Style The Essential Guide for Writers, Editors, and Publishers 15th edition, tahun 2007—yang kemudian dikenal dengan istilah ”gaya CMS atau chicago” atau ”model chicago”. Gaya CMS atau chicago disebut sebagai pedoman umum, karena dapat digunakan oleh humanities system, maupun scientific system.
Pedoman penulisan dokumentasi (daftar pustaka) yang dikembangkan dan / atau digunakan oleh organisasi profesi akademik dalam scientific system—yang cukup terkenal, berstandar internasional dan digunakan secara luas—antara lain adalah gaya CMS, gaya CBE, gaya CSE, dan gaya APA.
Sementara pedoman penulisan dokumentasi yang digunakan pada humanities system selain CMS, antara lain adalah pedoman yang dipublikasikan oleh Modern Language Association (MLA). Modern Language Association menrbitkan dua pedoman penulisan yaitu: The MLA Handbook for Writers of Research Papers, dan MLA Style Manual and Guide to Scholarly Publishing.
Pengetahuan penulisan dokumentasi (daftar pustaka) berstandar internasional menjadi penting, jika seseorang akan menulis untuk jurnal ber-ISSN, buku ber-ISBN, jurnal internasional, atau karya ilmiah Indonesia lainnya agar penulisannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pedoman penulisan daftar pustaka selengkapnya akan dipublikasikan tersendiri. Penulisan bibliografi pada tulisan naskah ini menggunakan gaya CMS.

15. Lampiran
Penggunaan informasi tambahan dalam bentuk lampiran dimaksudkan untuk menambah kejelasan tubuh karya ilmiah / laporan penelitian. Lampiran menyajikan informasi-informasi yang dianggap terlalu panjang / luas atau terlalu sulit jika dimasukkan ke dalam tubuh laporan. Dengan demikian, informasi-informasi yang penting dan relevan dengan bagian-bagian dalam laporan, tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam teks, dapat dimasukkan ke dalam lampiran.
Materi-materi yang lazim dimasukkan ke dalam lampiran antara lain sebagai berikut :
• Tabel yang memuat data terlalu panjang / luas dan memerlukan kolom yang banyak;
• Data mentah;
• Ilustrasi pendukung;
• Perhitungan statistik atau matematis;
• Transkripsi dialog;
• Perluasan analisis;
• Surat pemberitahuan, brosur-brosur atau leaflet;
• Dokumen resmi atau surat keterangan;
• Daftar bacaan yang sejenis yang dianjurkan;

BIBLIOGRAFI
American Psychological Association. 2001. Publication manual of the American Psychological Association. 5th ed. Washington,DC: Author. http://books.apa. org/books.cfm?id=4200061.

CBE Style Manual Committee. 1983. CBE style manual: a guide for authors, editors, and publishers in the biological sciences. 5th ed. rev. and expanded. Bethesda, MD: Council of Biology Editors, Inc.

Chicago Editorial Staff. 2007. The chicago manual of style The essensial guide for writers editors and publishers. 15th ed. Chicago: University of Chicago Press.http://www.chicagomanu- alofstyle.org/

Dewey, R. 2008. APA research style crib sheet. http://72.14.235.104/ search? q=ca che: YM_NmypN(NAJ:www.wooster.edu/psycholo...

Houp, K.W., and T.E. Pearsall. 1988. Reporting technical information. 6th ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Hubbuch, S.M. 1985. Writing research papers across the curriculum. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Karl E. Mundt Library 2008. CSE citation style examples. http: //72.14.235.104/ search?q =cache:WqRI4n9K2KOJ:www.depsrtment.dsu.edu/libr…

Library.austincc.edu. 2009. CSE documentation (formly CBE). http://library.aus tincc.edu/help/CBE/CBE-ny.htm.

MCC Libraries. 2008. The council of biology editor (CBE) style of documentation in science and mathematics. http://72.14.235.104/search?q=cache:0tMkwDXpw5UJ:www.monroecc. edu/depts./libr…

Rivai, M.A. 1995. Pegangan gaya penulisan, penyuntingan, dan penerbitan karya ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Style Manual Committee Council of Science Editors. 2006. Scientific style and format The CSE manual for authors, editors, and publishers. 7th ed. Reston, VA: Council of Science Editors. http://www.councilscienceedi- tors.org.cfm.

The Chcago Manual of Style. 2009. Bibliografic format for reference based on the chicago manual of style.15th ed. 2003. http://209.85.175.104/search?q=ca che:qpNmMEDqhz4j:www. libs.uga.edu/ref/chicago

Warren, T.L. 1985. Technical writing: purpose, process, and form. California: Wad-sworth Publishing Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar